Teya Salat

LAILATUL QADR


LAILATUL Qadar (LQ) adalah suatu malam pada bulan Ramadan, yang mengandung kemuliaan dan keberkahan. LQ disebut juga “Malam Seribu Bulan”, karena menurut sebagian ulama, ibadah seseorang pada malam itu bernilai lebih dari seribu bulan (sekira delapan puluh tahun).

LAILATUL Qadar merupakan teka-teki Tuhan, kapan turunnya hanya Allah saja yang tahu. Namun Rasulullah memberikan ancer-ancer, Lailatul Qadar turun pada bulan Ramadan, terutama pada sepuluh hari terakhir, khususnya malam-malam ganjil.Pada saat Lailatul Qadar, atas izin Allah SWT, para malaikat, dipimpin Malaikat Jibril, turun ke bumi, mengatur segala urusan. Kesejahteraan melimpahi semesta alam hingga fajar terbit di ufuk timur.

Q.S. Al-Qadar memaparkan keadaan luar biasa itu, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam tersebut, turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya, mengatur segala urusan. Malam penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.”

Sayid Qutub, penulis tafsir Fi Zilalil Quran melukiskan suasana Lailatul Qadar secara puitis. “Namanya Malam Al-Qadar, yang kadang-kadang berarti taqdir (ketentuan) atau tadbir (ketetapan), juga berarti nilai atau posisi. Kedua-duanya sesuai dengan peristiwa alam yang agung itu. Peristiwa Alquran, wahyu, dan risalah, tempat tidak terdapat peristiwa-peristiwa di dunia ini, yang lebih besar, lebih benar, dan lebih berarti daripadanya. Malam yang lebih baik dari seribu bulan. Angka tidak berarti pembatasan, tetapi dimaksudkan adalah banyaknya nilai. Berapa ribuan bulan dan tahun telah berlalu tanpa meninggalkan pengaruh apa-apa, tanpa perubahan, seperti yang ditinggalkan oleh satu malam yang penuh berkah dan kebahagiaan Lailatul Qadar. (Fi Zilalil Quran, Juz 6, hlm. 3944-3946).

Kapan tepatnya Lailatul Qadar terjadi? Tidak ada yang tahu. Nabi Muhammad saw. sendiri juga tidak. Namun beliau menganjurkan agar mencari Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dengan cara iktikaf (diam di masjid). Iktikaf merupakan kebiasaan Nabi Muhammad saw. setiap akhir Ramadan.

“Rasulullah saw. biasa beriktikaf pada malam-malam sepuluh terakhir bulan Ramadan (21-30). Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam terakhir Ramadan itu” (Hadis sahih Bukhari dan Muslim dari Siti Aisyah).

Setiap orang yang beribadah bertepatan dengan saat Lailatul Qadar disertai keimanan dan harapan mendapat rida Allah SWT, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (Hadis sahih Bukhari dan Muslim).

Beberapa ulama telah mencoba merumuskan tanda-tanda Lailatul Qadar secara fisik, yaitu pada malam itu suasana tenang hening, pelataran langit hitam kelam dihiasi taburan bintang jernih terang. Tak ada kekacauan, tak ada keributan. Ketika matahari terbit, sinarnya lembut temaram. Marak siang tidak terlalu terik.

Bahkan ada beberapa orang yang konon berhasil menyaksikan proses alam tatkala turun Lailatul Qadar. Pohon-pohon merunduk, aliran air di sungai terhenti, rinai gerimis tertahan di angkasa, dan macam-macam situasi mistis lainnya. Namun semua itu sulit dibuktikan karena sangat bersifat pribadi sekali. Beberapa ulama berpendapat jika seseorang menemukan Lailatul Qadar, jangan banyak bicara ini-itu. Cukup perbanyaklah doa dan wirid, memohon rahmat dan ampunan Allah SWT, serta beramal saleh kepada sesama manusia, berupa infak, sedekah, beramal jariyah dan berbagai jenis pertolongan yang bermanfaat bagi orang yang membutuhkan.

Salah satu doa yang dianjurkan Rasulullah saw. dibaca pada Lailatul Qadar berdasarkan hadis riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, serta dikutip oleh Imam Nawawi dalam kitab Al-Azkar antara lain, “Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu ‘anni. Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan suka memaafkan, maka maafkanlah aku.


<< KEMBALI PULANG